Showing posts with label Hikmah. Show all posts
Showing posts with label Hikmah. Show all posts

1 comments

Puasa Bulan Rojab

Published on Monday, June 6, 2011 in

Bulan Rajab merupakan salah satu bulan Muharram yang artinya dimulyakan (Ada 4 bulan: Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab). Puasa dalam bulan Rajab, sebagaimana dalam bulan-bulan mulya lainnya, hukumnya sunnah. Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah bersabda "Puasalah pada bulan-bulan haram(mulya)." (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Hadis lainnya adalah Riwayatnya al-Nasa'i dan Abu Dawud (dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah): "Usamah berkata pada Nabi saw, 'Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunat) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban.' Rasul menjawab: 'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.'"

Menurut al-Syaukani (Naylul Authar, dalam bahasan puasa sunat) ungkapan Nabi "Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan kebanyakan orang" itu secara implisit menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa di dalamnya.

Ada beberapa hadis lain yang menerangkan keutamaan bulan Rajab. Seperti berikut ini:
  • "Barang siapa berpuasa pada bulan Rajab sehari maka laksana ia puasa selama sebulan, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya 7 pintu neraka Jahim, bila puasa 8 hari maka dibukakan untuknya 8 pintu sorga, dan bila puasa 10 hari maka digantilah dosa-dosanya dengan kebaikan."
  • Riwayat al-Thabrani dari Sa'id bin Rasyid: Barangsiapa puasa sehari di bulan Rajab maka laksana ia puasa setahun, bila puasa 7 hari maka ditutuplah untuknya pintu-pintu neraka Jahanam, bila puasa 8 hari dibukakan untuknya 8 pintu sorga, bila puasa 10 hari Allah akan mengabulkan semua permintaannya....."
  • "Sesugguhnya di sorga terdapat sungai yang dinamakan Rajab, airnya lebih putih daripada susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa puasa sehari pada bulan Rajab, maka ia akan dikaruniai minum dari sungai tersebut".
  • Riwayat (secara mursal) Abul Fath dari al-Hasan, Nabi saw berkata: "Rajab itu bulannya Allah, Sya'ban bulanku, dan Ramadan bulannya umatku."

Hadis-hadis tersebut dha'if (kurang kuat) sebagaimana ditegaskan oleh Imam Suyuthi dalam kitab al-Haawi lil Fataawi.

Ibnu Hajar, dalam kitabnya "Tabyinun Ujb", menegaskan bahwa tidak ada hadis (baik sahih, hasan, maupun dha'if) yang menerangkan keutamaan puasa di bulan Rajab. Bahkan beliau meriwayatkan tindakan Sahabat Umar yang melarang menghususkan bulan Rajab dengan puasa.

Ditulis oleh al-Syaukani, dlm Nailul Authar, bahwa Ibnu Subki meriwayatkan dari Muhamad bin Manshur al-Sam'ani yang mengatakan bahwa tak ada hadis yang kuat yang menunjukkan kesunahan puasa Rajab secara khusus. Disebutkan juga bahwa Ibnu Umar memakruhkan puasa Rajab, sebagaimana Abu Bakar al-Tarthusi yang mengatakan bahwa puasa Rajab adalah makruh, karena tidak ada dalil yang kuat.

Namun demikian, sesuai pendapat al-Syaukani, bila semua hadis yang secara khusus menunjukkan keutamaan bulan Rajab dan disunahkan puasa di dalamnya kurang kuat dijadikan landasan, maka hadis-hadis yang umum (spt yang disebut pertamakali di atas) itu cukup menjadi hujah atau landasan. Di samping itu, karena juga tak ada dalil yang kuat yang memakruhkan puasa di bulan Rajab.

Selain itu, hadits do'if pun boleh digunakan sebagai dasar dalam menyempurnakan amalan / sebagai akmalul amal. Jadi, tidak ada salahnya jika kita banyak berpuasa di Bulan Rajab sebagai media untuk menyempurnakan amalan kita dan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Wallahu'alam...

referensi: http://www.pesantrenvirtual.com

0 comments

Tanda-Tanda Cinta pada Allah

Published on Sunday, May 15, 2011 in


Seorang masyayikh ditanya mengenai persoalan cinta, dia menjawab, “sedikit bergaul, sering menyendiri, sering berfikir dan kelihatannya pendiam. Ia tidak melihat bilamana memandang, tidak mendengar bila dipanggil, tidak paham bila bicara dan hatinya tidak besedih bila terkena bencana. Bila perutnya lapar, ia tidak mengerti kalau perutnya sedang lapar, ia telanjang tetapi tidak telanjang, sering dimaki-maki tetapi tidak gentar ia selalu menyendiri memandang Allah, ia merasa bahagia bisa bebisik kepadaNya. Dan dalam urusan duniawi tidak ingin sering berebut dengan orang lain.
Abu Tawwab An Nakhsyus menulis beberapa syair mengenai tanda-tanda cinta:
·         Bagi seorang kekasih ada bebrapa tanda, dan janganlah engkau tertipu:
1. Ia memiliki beberapa perantara untuk mencapai kekasihnya (Allah)
2. Ia merasa nikmat sekalipun siksaNya pahit
3. dan ia merasa gembira atas apa yang dilakukan olehNya
4. menolak merupakan pemberian yang diterima dariNya
5. dan kefakiran merupakan penghormatran dan kebajikan yang disegerakan
·         Termasuk tanda-tanda cinata: engkau melihat semua yang dicita-citakan adalah menuruti sang kekasih walau dengan langkah yang terlalu jauh, atau dihinakan oleh orang lain.
·         Tanda-tandanya lagi: masih Nampak tersenyum sekalipun hatinya sedih gara-gara sang Kekasih.
·         Tanda-tandanya lagi: dia Nampak selalu ingin mengerti akan firman Dzat di sisiNya yang selalu menuntunnya.
·         Sebagian tandanya: dia hidup dalam kesederhanaan, juga tetap konsekuen terhadap yang dikatakan.

0 comments

Macam-Macam Jihad

Published on Monday, May 9, 2011 in

 Seorang
ahli ma’rifat menerangkan bahwa jihad ada tiga macam:

  1. Jihad (berjuang) menghadapi orang kafir. Ini jihad secara lahiriyah. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman :

mereka berjuang di jalan Allah”. (Q.S.
5:54)
  1. Jihad terhadap yang bathil dengan memberikan suatu hujjah, sesuai firman Allah Ta’ala:

dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik”.
(Q.S. 16:125)
  1. Jihad melawan hawa nafsu yang cinta dengan kejahatan, sesuai firman Allah Ta’ala :

dan orang-orang yang berjuang (untuk menunaikan
hak) Kami, Kami selalu tunjukan kepada jalan Kami…”
(Q.S.
29:69)
Nabi
SAW bersabda :
Jihad yang paling utama adalah jihad melawa hawa
nafsu”.
Para
sahabat ketika pulang dari perang melawan orang-orang kafir, mereka
berkata :
Kita kembali dari perang kecil menuju perang yang
besar”.
Melawan
hawa nafsu dan syaitan merupakan perang besar. Perang tersebut
terjadi pada setiap waktu dan detik, sementara dengan orang kafir
hanya sewaktu-waktu saja, itupun musuhnya kelihatan.
Perang
melawan syaitan; syaitan punya banyak tentara dalam dirimu, sementara
orang kafir tidak punya pembantu dalam dirimu. Orang kafir bisa
dibunuh, sementara syaitan tidak. Bila syaitan berhasil membunuhmu,
engkau bisa kena siksa Tuhan, sementara orang kafir yang membunuhmu
akan memperoleh surga dengan gelar mati syahid.
(Imam
Ghozali, Mukasyafatul Qulub : 30 – 31 )

0 comments

Antara Sengatan Nafsu dan Lebah

Published on Wednesday, May 4, 2011 in


Ibrahim Al Khawash ra. Bercerita :
“ Aku pernah di gunung Lukas. Disana aku melihat buah delima dan aku langsung menginginkan buah itu. Aku pun memetiknya dan lantas membelahnya. Buah itu ternyata busuk, aku pun langsung membuangnya, dan kembali berjalan.
Tiba-tiba aku melihat seorang lelaki terjatuh dan langsung dikerumuni banyak lebah. Aku memberi salam, “ Asalamu’alaika ! “ di menjawab salamku, “ Wa’alaikassalam, ya Ibrohim!“
Aku berkata kepadanya, “ Kau tahu aku darimana? “
Ia menjawab, “Allah tahu semuanya, dan apakah kamu tidak menghawatirkan sesuatu?”
Aku berkata, “aku melihat kamu punya urusan dengan Allah; maka mintalah kepadaNya agar diselamatkan dari lebah. “
Dia justru menjawab, “ aku juga melihat kamu punya urusan dengan Allah, maka mintalah selamat dari godaan nafsu buah delima. Gara-gara delima, bisa saja manusia menemukan kesakitan di dunia. Terus sengatan lebah letaknya di tubuh, sementara sengatan delima terletak di hati.”
Aku pun termenung dan meninggalkan dia begitu saja.
****
Menuruti hawa nafsu bisa mengalihkan raja menjadi seorang hamba. Dan hamba yanga sabar bisa menjadikan dirinya menjadi raja. Tidakkah kau ingat cerita Nabi Yusuf as. dan Zulaikha? Dia sabar dengan penderitaan, yang akhirnya menjadi raja Mesir. Sementara greget citnta Zulaikha terhadap Nabi  Yusuf as. terlalu meluap, yang akhirnya ia menjadi terhina, rendah dan buta, padahal dulunya menjadi isrti pembesar kerajaan.
Abdul Hasan Ar Razi punya cerita ketika melihat ayahnya dalam mimpi semenjak dia meninggal 2 tahun yang lalu. Si ayah memaki pakain dari aspal. Dia pun bertanya: “ Mengapa ayah seperti keadaan ahli neraka? “ ayah menjawab: “ Wahai anakku, hati-hatilah engkau dengan tipu daya nafsu.”
(tertuang dalam sya’ir):
“ Aku dipermainkan dengan 4 perkara yang tidak bisa aku kuasai; kecuali karena celaka dan kepayahanku. Yakni Iblis dunia, dan nafsu; bagaiman bisa mensucikan diri, padahal semua musuhku! Aku merasakan bisikan hati selalu mengikuti nafsu; dalam kegelapan nafsu dan keinginan. “
Hatim Al Ashom ra. Berkata, “Nafsuku sangat kuat, ilmuku adalah pedangku, dosaku kerugianku, syetan mushku, sementara jiwaku selalu berkhianat.
(Imam Ghozali, Mukasyafatul Qulub : 29-30 )

0 comments

1 Ciuman = 500 Tahun di Neraka

Published on Monday, May 2, 2011 in


(Ya Allah…..!!!! ) seorang Abdullah bin Umar duduk-duduk di pintu rumahnya. Ia melihat seorang wanita cantik, Abdullah lari masuk rumah dan menguncinya. Beberapa saat kemudian ia bertanya :
Fitnah itu sudah pergi apa belum ?
 mereka menjawab :
Sudah pergi “, maka Abdullah keluar dari rumah.
Ada  yang bertanya :
Wahai Abdullah, apa yang dilakukan anak itu terhadap kamu ? Apa ada sesuatu yang kau dengar dari Rasulullah mengenai dia ?
Abdulah ra. Menjawab :
Memandang mereka adalah haram, berbicara atau berkumpul juga haram.
Al Qadli Al Imam ra. Berkata :
“ Aku pernah mendengar seorang masyayikh berkata  “: Setiap wanita ada satu syaitan, dam syaitan setiap anak remaja terdapat 18 syaitan.
Ada riwayat :
Barang siapa yang mencium anak remaja dengan syahwat, Allah ta’ala akan menyikasa di neraka selama 500 tahun. Dan barang siapa yang mencium wanita denhgan syahwat, seolah-olah ia berzina dengan 70 perawan. Dan barang siapa yang berzina dengan perawan, maka ibaratnya sudah berzina dengan 70.000 janda. ”
(Imam Ghozali, Mukasyafatul Qulub : 130 – 131 )

0 comments

Muhasabah Cinta

Published on Saturday, April 30, 2011 in

Ada serombongan orang mengunjungi Asy Subalii ra. Beliau Berkata, “ Siapa kalian semua ? ”.
“ Kami adalah oramg yang mencintaimu. ”
Asy Subalii ra. Menghadap mereka dengan membawa batu dan melempari mereka dengan batu tersebut, merekapun lari.
Asy Subalii ra. Berkata,
“ Mengapa kalian lari dariku ? Andai kamu betul-betul mencintaiku, pasti tidak lari dari percobaanku. “
Asy Subalii ra. Melanjutkan fatwanya,
“ Orang-orang yang punya rasa cinta terhadap Allah akan mereguk minuman dari gelas cintaNya, dan bagi mereka negeri dan bumi amat sempit. Mereka minum dan tenggelam dalam lautan rindu kepadaNya, dan mereka merasakan kenikmatan bermunajat kepadaNya ”.
Kemudian beliau melantunkan sya’ir :
“ ingat yang dicintai wahai Tuhanku, akan membuat aku mabuk; dan apakah engkau pernah melihat orang bercinta tanpa dirasuki mabuk kepayang ? ”.
Ada yang berkata,
“ Sesungguhnya seekor unta yang lagi mabuk , ia tidak akan mau makan rumput selama  40 hari. Namun bila dibebankan muatan di punggungnya, ia pun akan membawa beban itu “.
Manakala sekarat hati menggebu-gebu ingat terhadap kekasih, ia pun enggan memasukan makanan, dan tidak peduli beban di punggung dan tetap ditanggung demi rindunya terhadap kekasih. Unta pun bisa meninggalkan kesenangannya dan mau menaggung beban di punggung demi sang kekasih; lalu apa kalian tidak sanggup meninggalkan kesenangan yang diharamkan Allah Ta’ala! Apakah engkau enggan menambah beban berat demi Allah Ta’ala ! kalau kamu tidak mampu, artinya pengakuanmu menyatakan cinta tinggal nama tanpa suatu makna. Tidak akan berguna di dunia maupu di akhirat, juga di hadapan sesama makhluk atau kelak di hadapan  Sang Pencipta.
Ali kw. Berkata :
“ Barang siapa yang merindukan surga, tentu ia berkemas-kemas menuju segala bentuk kebajikan. Dan barang siapa yang takut terhadap neraka, ia pun akan mencegah nafsunya dari yang disenangi. Dan barang siapa yang meyakini mati, pasti semua kenikmatan dunia dianggap remeh “.
Ibrahim Al Khawash ditanya mengenai kecintaan terhadap Allah. Ia menjawab :
“ Menghilangkan semua keinginan, membakar sifat materialis atas semua kebutuhan, lalu ia menenggelamkan dirinya ke lautan (yang menjadi sebab datangnya petunjuk) “.
(Imam Ghozali, Mukasyafatul Qulub : 48 - 49 )

0 comments

Kehidupan Imam Ghozali

Published on Thursday, April 28, 2011 in

Nama asli Imam ghozali adalah Muhammad bin Muhammad bin Ahmad, Al Imamul Jalil, Abu Hamid Ath Thusi Al Ghozali. Lahir di Thusi daerah Khurassan wilayah Persia tahun 450 H (1059).
Pekerjaan ayah Imam Ghozali adalah memintal benang dan menjualnya di pasar-pasar. Dia termasuk ahli tasawuf yang hebat. Dan sebelum meninggal dunia, dia berwasiat kepada teman akrabnya yang bernama Ahmad bin Muhammad Ar Rozakani agar dia mau mengasuh Al Ghozali. Maka ayah Imam Ghozali menyerahkan hartanya kepada Ar Rozakani untuk biaya hidup dan belajar Imam Ghozali.
Proses singkat belajar mengajar Imam Ghozali :
Belajar pada orang tua asuhnya sebagaimana wasiat ayah Imam Ghozali. Kemudian hijrah ke Jurjan belajar pada Abu Qosim Al Ismaili, lalu kembali lagi ke Thusi. Dan beliau  mentap di tanah kelahirnnya selama 3 tahun. Setelah itu berangkat lagi belajar ke Naizabur.
Belajar pada Imam Haromain untuk mendalami ilmu Tasaawuf, juga kepada Abdul Malik Al Juwaini (pengikut Imam Syafi’I) untuk belajar Ilmu Fiqh, Ushul Fiqh, Ilmu Mantiq, Ilmu Kalam, Filsafat, dll.
Setelah Imam Al Juwaini wafat, Imam Ghozali mengembara ke daerah Baghdad pada Sultan Muluk Saljuk. Si Sultan sering mengadakan Bahtsul Massa’il, dan disana Imam Ghozali sangat tekenal kegeniusannya. Sehingga Sultan Muluk Sajuk mengangkat Imam Ghozali menjadi Guru Besar pada Madrasah Nidhomiah di Baghdad.
Dari Baghdad beliau mengembara lagi ke Tanah Suci Makkah untuk menunaukan ibadah haji, kemudian bermukim di Damaskusselama 10 tahun. Kemudian mengembara ke Kairo Mesir, Iskandaria, ke Hijaz, dan menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya.
Lalu beliau kembali ke Baghdad, Iraq, dan dalam perjalanan menyebar-nyebarkan Ilmu Pengetahuan ini pernah diangkat lagi menjadi Guru Besar di Naizabur oleh Wazir Fahruddin.
Dari sekian proses belajar mengajar, Imam Ghozali kembali ke tanah kelahirannya, Thusi. Sememnjak itu, beliau mencurahkan pikiran dan hatinya untuk menulis beberapa buku Tasawuf, Fiqh, Filsafat, dan kira-kira sebanyak 70 buah kitab. Disamping itu beliau mendirikan dua jenis lembaga pendidikan yang saling bertentangan, satu pendidikan Fiqh dan yang satu lagi khusus Tasawuf. Dua jalur Ilmu Allah tersebut disatukan dalam satu  lembaga dhahiriyah dan lembaga dalam hati beliau sendiri.
Beliau wafat di kota kelahirannya pada tahun 505 H (1111 M) dalam usianya yang ke-55.
Semoga Allah Ta’ala selalu mencurahkan Rohmat kepada beliau. AAMIIN…